Jumat, 16 Agustus 2013

Cerpenku



Titipan Pesan Terakhir
Kita akan merasa kehidupan lebih berarti ketika kita bersama orang yang kita sayang. Entah dimanapun tempatnya dan kapanpun waktunya. Namun sayang, tidak selamanya keindahan itu berjalan lurus. Karena di dunia nyata kehidupan seseorang itu bagaikan seperti roda, kadang di atas kadang di bawah. Tinggal bagaimana kita menjalankannya.
Saat indah itu terasa cepat berlalu, dan kini aku harus merasakan namanya perpisahan. Hahh!! Aku paling benci dengan kata berpisahan.  Terbayang nggak rasanya berpisah dengan orang yang kita sayang?  Pedih, bahkan lebih pedih dari sekedar luka yag tersiram air garam. Sakit, sakitnya bukan main menggores hati. Karena perpisahan ini hanya mendatangkan kepedihan. Tapi inilah faktanya, inilah yang benar-benar terjadi. Kenyataan yang harus aku jalani, bukan dunia maya lagi yang hanya mengandalkan halusinasi dan imajinasi.
            Begini lah kisahnya, aku mempunyai seorang sahabat cowok yang bernama Ikhun. Dia adalah teman yang selalu menemani hari-hariku sejak aku duduk di bangku SMP. Persahabatan kami berawal dari suatu perselisihan. Namun perselisihan kami berakhir dengan kata maaf. Seiring berjalannya waktu, perselisihan itu menjadikan hubungan kami lebih dekat dari teman, bahkan bisa dikata sahabat.
            Aku dan Khun sering menghabiskan waktu bersama, melewati sepi dalam kesendirian. Namun setelah memasuki masa putih abu-abu hubungan kami mulai renggang. Entah karena jarak atau apa, karena kini kami beda sekolah. Yang jelas, hubungan kami sudah tidak seperti dulu lagi.  Bahkan komunikasi antara kami sudah terbilang jarang. Handphoneku yang biasanya setiap menit berdering, kini hanya terlihat diam membisu diatas meja kecil. Wajahku yang biasanya tersenyum karena kata – kata leluconnya, kini hanya tampak muram. Astaga, aku benar – benar merasakan kegelisahan dalam hatiku ketika semua kebiasaan itu tiba – tiba berhenti tanpa sebab yang jelas.
Beberapa hari kemudian , ketika malam berlalu terdengar dering handphone yang tiba-tiba membangunkanku dari tidur. Dengan cepat, kuraih handphone yang berada di samping tidurku. Ketika ku buka ada 1 pesan teks baru yang tak ku duga, ternyata dari Khun yang beberapa hari menghilang tanpa kabar.
“Mbak Yeyen” pesan dari sahabatku
“Iya, ada apa?” balasku
“Apakah masih seperti yeyen sahabatku yang dulu?” 
“Masih dong, kok lama nggak ada kabar, kemana aja?”
“ Akhir-akhir ini aku sibuk, maaf nggak sempat ngasih kabar. Oh ya, makasih selama ini sudah mau mengenal aku dan menjadi sahabatku. Mungkin selama kita bersama, banyak kesalahan yang aku lakukan, aku minta maaf Yen nggak bisa menemani hari – hari kamu kedepannya”
“Khun?? Kenapa tiba-tiba kamu bicara seperti ini? Kamu sahabatku, kamu tetap harus disini menemani hari-hari ku seperti dulu” jawabku bingung
Entah kenapa perasaanku menjadi gelisah tak menentu, apa yang sebenarnya terjadi pada Ikhun? Pikiran melayang memikirkan hal itu.
Suatu hari terdengar berita bahwa Khun mengalami kecelakaan yang dahsyat, sehingga keadaanya parah dan terjadi pendarahan yang hebat di bagian organ dalam tubuhnya. Kondisi ini memungkinkan Khun untuk sulit bertahan.
Setelah kejadian itu, tidak pernah terlewatkan hari-hariku untuk selalu memanjatkan doa kepada Allah agar Khun segera sembuh melawan sakit yang dideritanya dan dia bisa menepati janjinya padaku, yaitu dia akan selalu menjagaku sampai maut memisahkan persahabatan kita.
Sampai pada suatu hari, aku begitu shock saat aku mendapat pesan dari teman-temanku.
"Yen, yang sabar ya, aku nggak mau kamu sedih. Tapi inilah kenyataannya Khun sudah pergi meninggalkan kita, pergi menghadap Allah S.W.T.  Mungkin ini sudah menjadi jalan takdirnya. Kita harus bisa menerima dengan ikhlas. Jangan nangis ya Yen, aku juga ikut sedih kalo kamu sedih, aku sayang kamu Yen." pesannya panjang lebar.
            Setelah mendengar kabar itu, air mataku langsung jatuh membasahi pipiku, badanku terasa menggigil hingga aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aku yang lemah tanpa daya. Sekarang yang bisa aku lakukan adalah menangis dan menangis, hidupku terasa hancur, seperti ada yang kehilangan dari diriku.
Sulit sekali untukku mempercayai kenyataan ini. Butuh waktu yang lama untuk menerima semua ini. Sudah berhari-hari aku terlarut dalam kesedihan. Kepergiannya begitu mendadak bagiku, sulit untukku menerimanya, tapi ini semua telah terjadi, dia meninggalkanku. Aku harus tabah, karena ini sudah takdir dari yang Maha Kuasa.

"Khun, aku akan selalu mendoakanmu, supaya kamu sahabatku ditempatkan diantara orang-orang yang beriman di sisinya. Walaupun kamu telah tiada, rasa persahabatan kita tidak akan pernah pudar untukmu. Kenangan kita akan selalu abadi di memori hatiku. Semoga kelak nanti kita akan dipertemukan di alam sana. Amin ya Rabbal Alamin"